09 Disember 2010
Awasi Pilihan Makanan Di Tempat Kerja
29 September 2010
Jahatnya Kamu
Kerna asyik berakhir dengan kecewa
Tapi sejak hadirnya dia
Semua sistem kawalan kini terdedah
Kepala kata jangan gelojoh (no)
Hati pula kata pergi (go baby go)
Benarkah cinta itu buta
Kerna tak nampak apa selain dia
Korus
Aku aku
Bagaikan sudah terkena mantera cinta
Dari manakah kau datang menyerang
Diriku diriku
Yang disangka kebal
Oh jahatnya kamu
Jahatnya kamu
Engkau engkau
Penyebab diriku terigau-igau
Kini ku terbayangkanmu hampir setiap waktu
Ku mahu ku mahu denganmu selalu
Oh jahatnya kamu
Jahatnya kamu
Apa agaknya sudah jadi
Pada ingkar untuk tak bercinta lagi
Walaupun belum bersedia
Tapi hatiku mendesak dan menggesa
Jahatnya kamu
Jahatnya kamu
22 September 2010
Malang, kisah aku dan dia....
Hasratku meminta
Kudrat tak berdaya
Kilas pertemuan kita
Saat manis itu
Menjadi terharu
Aku pun keliru
Kita tiada lama
Sepanjang malam kenangan
Aku membelaimu sayang
Dikota yang malang
Hatiku dicengkam malang
Walau mata baru terpejam
Seakan lama kau telah ku pandang
Bertahta lena dipuncak bahagia
Terjaga aku tanpa dirimu
Didalam kota yang malang
Aku malang tersisih cinta
Tinggal hanya bayangan
Dan kusimpan kenangan
Kau dimana...
Tiba menghilangkan dirimu
Inginku memburumu
Di kotamu yang bisu
Di sini malamnya
Terasa membeku
Malang oh malang
03 September 2010
Laman Ilmu - Sihir
01 September 2010
Nilai RM5
Assalamualaikum... hayatilah cerita ini moga dapat jadi pengajaran dan tauladan kepada kita insyaallah....
19 Ogos 2010
Sepi tanpa diri mu
18 Ogos 2010
Bila rindu menyapa...
Ku soalkan rasa
Pendam tinta dan tanya.
Kau bersama mereka
Membuat hati jadi resah
Pabila kau
Musnahkan persetiaan
Aku pergi
Saat dan tika hati mengurai
Rasa duka, sedih, pilu
Rupanya aku tersedar
Kau tiada di sisi
Dan kau menyapa
Bila nota dibawah pintu kau titipkan
Buat kali pertama aku terharu
Yang aku sendiri tak pasti
Lalu Aku berpesan pada diri;
“ AKAN SENTIASA TUNGGU KEPULANGANMU”
Akan sentiasa bersamamu
05 Ogos 2010
Terima Kasih, Kekasih !!!
Terima kasih..,
Buatmu kekasih,
Kerana malam ini,
Kau telah menghadiahkan,
Untukku sebuah lena..
Terima kasih..,
Buatmu kekasih,
Kerana semalam,
Dan hari sebelumnya,
Aku pernah dibanjiri air mata,
Tapi setelah kau datang,
Kolam air mataku,
Mampu menjadi taman tawa ria!
Kekasih..,
Usah lagi kau menjenguk,
Tangkai kenangan dan putik duka,
Yang pernah singgah di jendela hidupmu,
Kerana itu hanya,
Mengalirkan kembali darah cinta,
Lalu selamanya dikau akan menahan rasa,
Perit dalam seksa!
Kekasih..,
Andaikata bahagia buatmu,
Dapat kubeli,
Maka akan aku hadiahkan,
Di hari lahirmu nanti,
Agar kemanisannya,
Dapat kau sentuh,
Dengan jemari rasa,
Dan keasyikannya,
Dapat kau takluki,
Sebagaimana yang kau hajati..
Kekasih..,
Ketika aku meletakkan,
Sekuntum haruman cinta,
Di dalam jambangan kasihmu,
Maka usah lagi dibiarkan,
Belantara hati ini,
Ditebas,
Diredahi,
Diterokai,
Dan dimiliki,
Oleh insan lain sejenismu..
Kekasih..,
Titipkanlah bahagia,
Tuliskanlah nama setia,
Pada sehelai daun putih,
Yang telah jatuh,
Di halaman hatiku,
Walau..,
Bukan bermodalkan harta,
Bukan beralaskan permata,
Namun..,
Janjikan aku sebuah bahagia,
Hingga ke penghujung usia!
Cebisan kata hati
Kala rindu itu datang lagi...
Oh Tuhan... kenapa aku jatuh cinta pada dia? kenapa aku mesti rindukan dia? telah sekuatnya aku mencuba untuk melupai dia tapi aku tak upaya... benci yang disemai tak tumbuh di hati, tak lekat di jiwa...yang ada hanya rindu yang tak pernah padam untuknya... Kadang-kadang, aku benci perasaan itu... Benci sekali!
Awak... kenapa tinggalkan saya tanpa sepatah kata yang bisa saya mengerti? Hanya sepatah kata yang mampu membenihkan benci dalam hati saya? Kenapa tinggalkan saya dengan keadaan diam seribu bahasa? Saya pandang awak waktu tu! Saya tengok awak! Awak senyum pada saya... tapi awak pergi jugak... Kenapa awak pilih untuk menyakiti hati saya dengan cara itu? Penuh tanda tanya...
Kalau benar awak bencikan saya... katakan hanya sepatah kata yang bisa melunturkan segala perasaan pada awak... Tak tahan rasanya bila rindu itu datang meruntun hati ini... katakan!
04 Ogos 2010
kenapa ini terjadi......
03 Ogos 2010
AKU SELALU MENGASIHIMU....
AKU memandangmu dan berharap engkau akan berbicara kepada KU,
walaupun hanya sepatah kata meminta pendapatKU
atau bersyukur kepada KU atas sesuatu hal yang indah yang terjadi dalam hidupmu hari ini atau kelmarin .
Tetapi AKU melihat engkau begitu sibuk mempersiapkan diri untuk pergi bekerja .AKU kembali menanti saat engkau sedang bersiap, AKU tahu akan ada sedikit waktu bagimu untuk berhenti dan menyapaKU, tetapi engkau terlalu sibuk .Disatu tempat, engkau duduk di sebuah kerusi selama lima belas minit tanpa melakukan apapun. Kemudian AKU melihat engkau menggerakkan kakimu. AKU berfikir engkau akan berbicara kepadaKU tetapi engkau berlari ke telefon dan menghubungi seorang teman untuk mendengarkan khabar terbaru.
AKU melihatmu ketika engkau pergi bekerja dan AKU menanti dengan sabar sepanjang hari. Dengan semua kegiatanmu AKU berfikir engkau terlalu sibuk mengucapkan sesuatu kepadaKU.
Sebelum makan siang AKU melihatmu memandang sekeliling, mungkin engkau merasa malu untuk berbicara kepadaKU, itulah sebabnya mengapa engkau tidak menundukkan kepalamu.Engkau memandang tiga atau empat meja sekitarmu dan melihat beberapa temanmu berbicara dan menyebut namaKU dengan lembut sebelum menyantap rezeki yang AKU berikan, tetapi engkau tidak melakukannya . masih ada waktu yang tersisa dan AKU berharap engkau akan berbicara kepadaKU, meskipun saat engkau pulang kerumah kelihatannya seakan-akan banyak hal yang harus kau kerjakan.
Setelah tugasmu selesai, engkau menyalakan TV, engkau menghabiskan banyak waktu setiap hari didepannya, tanpa memikirkan apapun dan hanya menikmati acara yg ditampilkan.Kembali AKU menanti dengan sabar saat engkau menonton TV dan menikmati makananmu tetapi kembali kau tidak berbicara kepadaKU .
Saat tidur, KU pikir kau merasa terlalu lelah. Setelah mengucapkan selamat malam kepada keluargamu, kau melompat ketempat tidur dan tertidur tanpa sepatahpun namaKU, kau sebut.Engkau menyadari bahwa AKU selalu hadir untukmu.
AKU telah bersabar lebih lama dari yang kau sadari.AKU bahkan ingin mengajarkan bagaimana bersabar terhadap orang lain.AKU sangat menyayangimu, setiap hari AKU menantikan sepatah kata, do'a, fikiran atau syukur dari hatimu.
Keesokan harinya . engkau bangun kembali dan kembali AKU menanti dengan penuh kasih bahwa hari ini kau akan memberiku sedikit waktu untuk menyapaKU .Tapi yang KU tunggu. tak kunjung tiba . tak juga kau menyapaKU.Subuh . Zuhur . Asar .Maghrib . Isya dan Subuh kembali, kau masih mengacuhkan AKU. tak ada sepatah kata, tak ada seucap do'a, dan tak ada rasa, tak ada harapan dan keinginan untuk bersujud kepadaKU .
Apa salahKU padamu wahai HAMBAKU?rezeki yang KU limpahkan, kesihatan yang KU berikan, harta yang KU relakan, makanan yang KU hidangkan, anak-anak yang KUrahmatkan, apakah hal itu tidak membuatmu ingat KepadaKU.!Percayalah AKU selalu mengasihimu, dan AKU tetap berharap suatu saat engkau akan menyapa KU, memohon perlindungan KU, bersujud menghadap KU . Yang selalu menyertaimu setiap saat
Jika Kamu.....
Begitulah juga setelah kamu memberi banyak pengharapan kepada seseorang... setelah ia mula menyayangimu hendaklah kamu menjaga hatinya.... janganlah sesekali kamu terus meninggalkannya begitu sahaja.... kerana dia akan terluka oleh kenangan bersamamu dan mungkin tidak dapat melupakan segalanya selagi dia mengingatimu....
Jika kamu menadah air biarlah berpada, jangan terlalu mengharap pada takungannya dan janganlah menganggap ia begitu teguh.... cukuplah sekadar keperluanmu.... Apabila sekali ia retak.... tentu sukar untuk kamu menampalnya semula.... akhirnya ia dibuang.... sedangkan jika kamu cuba membaikinya mungkin ia masih boleh digunakan lagi....
Begitu juga jika kamu memiliki seseorang terima lah seadanya.... Janganlah kamu terlalu mengaguminya dan janganlah kamu menganggapnya begitu istimewa.... anggaplah dia manusia biasa. Apabila sekali dia melakukan kesilapan bukan mudah bagi kamu untuk menerimanya.... akhirnya kamu kecewa meninggalkannya. Sedangkan jika kamu memaafkannya boleh jadi hubungan kamu akan berterusan hingga ke akhirnya....
Jika kamu telah memiliki sepinggan nasi... yang kamu pasti baik untuk dirimu. Mengenyangkan. Berkhasiat. Mengapa kamu berlengah, cuba mencari makanan yang lain.. Terlalu ingin mengejar kelazatan. Kelak, nasi itu akan basi dan kamu tidak boleh memakannya. Kamu akan menyesal.
Begitu juga jika kamu telah bertemu dengan seorang insan..... yang kamu pasti membawa kebaikan kepada dirimu. Menyayangimu. Mengasihimu. Mengapa kamu berlengah, cuba membandingkannya dengan yang lain. Terlalu mengejar kesempurnaan. Kelak, kamu akan kehilangannya apabila dia menjadi milik orang lain Kamu juga yang akan menyesal.....
02 Ogos 2010
Jangan menikah... Kalau
Hanya Waktu yang mengenal CINTA
Cinta sangat kebingungan kerana ia tidak dapat berenang dan tak mempunyai perahu. Ia berdiri di tepi pantai dan mencuba mencari pertolongan. Sementara itu air makin naik membasahi kaki Cinta.Tak lama Cinta melihat Kekayaan sedang mengayuh perahu.”Kekayaan! Kekayaan! Tolong aku!” teriak Cinta.”Aduh! Maaf, Cinta!” kata Kekayaan. “Perahuku telah penuh dengan harta bendaku. Aku tak dapat membawamu serta, nanti perahu ini tenggelam. Lagi pula tak ada tempat lagi bagimu di perahuku ini”.Lalu Kekayaan cepat-cepat mengayuh perahunya pergi.
Cinta sedih sekali, namun dilihatnya Kegembiraan lewat dengan perahunya.“Kegembiraan! Tolong aku!”, teriak Cinta.Namun kegembiraan terlalu gembira kerana ia menemukan perahu sehingga ia tak mendengar teriakan Cinta.
Air makin tinggi membasahi Cinta sampai ke pinggang dan Cinta semakin panik. Tak lama lalulah Kecantikan.“Kecantikan! Bawalah aku bersamamu!”, teriak Cinta“Wah, Cinta, kamu basah dan kotor. Aku tak bisa membawamu ikut. Nanti kamu mengotori perahuku yang indah ini”, sahut Kecantikan.Cinta sedih sekali mendengarnya. Ia mulai menangis terisak-isak.
Saat itu datanglah Kesedihan.”Oh, Kesedihan. Bawalah aku bersamamu”, kata Cinta.”Maaf Cinta. Aku sedang sedih dan aku ingin sendirian saja...” kata Kesedihan sambil terus mengayuh perahunya.Cinta putus asa. Ia merasakan air semakin naik dan akan menenggelamkannya.
Pada saat kritis itulah tiba-tiba terdengar suara.”Cinta! Mari cepat naik ke perahuku!”Cinta menoleh ke arah suara itu dan melihat seorang tua dengan perahunya. Cepat-cepat Cinta naik ke perahu itu, tepat sebelum air menenggelamkannya.Di pulau terdekat, orang tua itu menurunkan Cinta dan segera pergi lagi. Pada saat itu barulah Cinta sedar bahawa dia sama sekali tidak mengetahui siapa orang tua yang menyelamatkannya itu. Cinta segera menanyakannya kepada seorang penduduk tua di pulau itu, siapa sebenarnya orang tua itu.”Oh, orang tua tadi? Dia adalah Waktu” kata orang itu.”Tapi mengapa ia menyelamatkanku? Aku tak mengenalnya. Bahkan teman-teman yang mengenalku pun enggan menolongku” tanya Cinta hairan.
”Sebab” kata orang itu ”Hanya Waktulah yang tahu berapa nilai sesungguhnya dari Cinta itu...”
30 Julai 2010
Bermimpikah aku..
Walau dah bangun sejak pagi tadi
Perasaan apa ni.....
Bila perkara yang tak disangka2 muncul
Aku pun tak tahu apa reaksi sepatutnya
dan apa yang akan berlaku...
Semua urusan ini Aku letakkan pada-Nya
Sebab pilihan Aku sentiasa tak tepat
Tak nak perkara yang dielak terjadi lagi...
MEMORI CINTA AMATLAH INDAH.....
akan bercerita kisahnya tanpa henti..."
*****
Memori cinta amatlah indah dan ia adalah antara perkara yang paling sukar untuk dilupakan sepanjang hayat. walaupun akhirnya cinta itu membawa kecewa, insan akan ingat pada detik-detik gembira dan bahagianya; lalu kesalan muncul pula mendramakan memori, membawa emosi dari gunung-ganang yang tinggi ke lurah-lurah yang paling mendalam.
'Mana bisa aku lupa padamu!', kata insan yang pernah longlai dan lena oleh belaian cinta kasih. Saat dicintai adalah saat puitis dan romantis. Dalam kehidupan seharian, anda tidak akan menjadi sebegitu halus memilih kata-kata berbanding ketika anda mahu mengungkapnya kepada kekasih. Walaupun anda tidak pandai berpuisi atau mengungkapkan kata nan indah, anda akan memilih hanya ungkapan terbaik untuk kekasih anda.
Kisah cinta merupakan cerita yang paling mudah anda ingati, tetapi paling payah untuk anda ungkapkan betapakah manisnya perasaan anda ketika itu. Malah bijakpandai ada berkata bahawa saat itu dirasakan lebih manis masa ini, kerana anda tidak berpeluang lagi menikmatinya.
*****
"Aku Cinta Padamu. Itu Yang Aku Tahu."
Hanya aku yang tahu....
29 Julai 2010
Mampukah sahabat tanpa cinta???
Sering kali ditemui banyak orang yang cuba memisahkan Persahabatan dan Cinta kerana mereka berfikir, ?Kalau Persahabatan sudah disulami dengan Cinta, pasti akan jadi sulit!?. Terutama bagi mereka yang menjalin persahabatan antara seorang lelaki dan wanita.
Persahabatan merupakan bentuk hubungan yang indah antara manusia, di mana Cinta hadir untuk memberikan senyumnya dan mewarnai Persahabatan. Tanpa Cinta, Persahabatan mungkin akan diisi dengan Kecewa, Benci, Marah dan berbagai hal yang membuat Persahabatan tidak lagi indah. Berhentilah membuat batas antara Cinta dan Persahabatan, biarkan mereka tetap menjadi Teman baik. Yang harus diluruskan adalah Cinta bukanlah perusak Persahabatan, Cinta memperindah persahabatan anda.
Seringkali Cinta cuma dijadikan kambing hitam sebagai perusak sebuah persahabatan. SALAH BESAR !!! Seharusnya dengan adanya Cinta, persahabatan akan semakin menyenangkan. Buat teman-teman yang sedang menjalin Persahabatan. Penuhilah persahabatanmu dengan Cinta, berikanlah Cinta yang terbaik untuk sahabatmu.
Buat teman-teman yang sedang mengalami goncangan dalam persahabatan, jangan salahkan Cinta! Tetapi cubalah perbaiki persahabatanmu dengan cinta kerana cinta akan menutupi segala kesalahan, mengampuni dengan mudah dan membuat segala sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin.
Buat teman-teman yang belum mengerti erti Persahabatan, cubalah memulai sebuah persahabatan. Dengan persahabatan kalian akan semakin dewasa, tidak egois dan belajar untuk mengerti bahawa segala sesuatu tidak selalu terjadi sesuai dengan keinginan kita.
Buat teman-teman yang sedang kecewa dengan Persahabatan. Renungkanlah;?Apakah saya sudah menjalani Persahabatan dengan benar??Dan cubalah memahami erti persahabatan buat hidupmu. Keinginan, semangat, pengertian, kematangan, kelemahlembutan dan segala hal yang baik akan engkau temui dalam persahabatan.
Doa
Assalamualaikum Dan Salam Sejahtera,
Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang
Doa adalah permohonan atau pengucapan seorang hamba dilakukan secara langsung dengan Allah SWT dan setiap rintihan yang dimohon akan didengar Allah. Allah SWT tidak suka kepada umatnya yang tidak pernah memanjatkan doa kepada-Nya. Firman Allah SWT dalam surah al-A’raaf ayat 55-56:
Maksudnya: "Berdoalah kepada Tuhan kamu dengan merendah diri dan perlahan-lahan. Sesungguhnya Allah tidak suka kepada orang yang melampaui batas. Dan janganlah kamu berbuat kerosakan di bumi sesudah Allah menyediakan kebaikan padanya, dan berdoalah kepada-Nya dengan perasaan bimbang dan penuh pengharapan. Sesungguhnya rahmat Allah itu dekat kepada orang yang berbuat baik."
Ketika menjelaskan perkara yang sama, Salman al-Farisi meriwayatkan bahawa Nabi Muhammad SAW bersabda:
Mafhumnya: "Tidak ada yang dapat mengubah takdir selain doa, dan tidak ada yang dapat memanjangkan umur melainkan memperbanyakan amal kebajikan". (Riwayat Tirmizi)
Berdasarkan peringatan Rasulullah SAW ini, ternyata kepada kita bahawa pengaruh doa itu amat hebat sehingga ia mampu mengubah takdir Allah dan alangkah hebatnya pengaruh amal kebajikan kerana ia dapat memanjangkan umur seseorang. Di saat manusia tidak dapat lagi berbuat apa-apa, selepas habis daya usaha dan tiada sesiapa lagi yang mampu memberi bantuan yang diperlukan, ketika itu manusia akan sedar bahawa sesungguhnya kehidupan manusia tidak dapat dipisahkan daripada Allah SWT.
Kadangkala timbul pertanyaan, kita sering berdoa tetapi diyakini doa kita tidak dimakbul Allah SWT?. Seorang sahabat iaitu Saad Abi Waqas pernah meminta Rasulullah SAW agar memberinya panduan untuk mendapat doa yang makbul. Menurut Ibnu Abbas r.a, Rasulullah SAW bersabda:
Mafhumnya: " Wahai Sa'ad, makanlah makanan yang baik (lagi halal) tentu engkau menjadi orang yang makbul doanya. Sesungguhnya seorang yang pernah memasukkan sesuap makanan yang haram ke dalam perutnya, maka tidak akan dikabulkan doanya selama 40 hari. Sesiapa saja yang dagingnya tumbuh dari makanan yang haram maka nerakalah layak untuknya". (Hadith Riwayat Thabrani)
Berdasarkan besar peranan doa dalam kehidupan umat Islam, maka Islam meletakkan doa sebagai sebahagian daripada ibadah kepada Allah. Dengan demikian permohonan doa itu hendaklah mematuhi adab-adab tertentu. Berdasarkan rujukan al-Quran dan hadith, antara lain adab berdoa itu ialah:
Pertama : Suci dari hadas besar dan kecil,
Kedua : Menghadap ke arah kiblat dan dimulai dengan bacaan Surah al-Fatihah, pujian kepada Allah serta selawat kepada Nabi Muhamad SAW,
Ketiga : Berdoa dengan ikhlas, suara yang perlahan, merendah diri, mengaku kesalahan dosa yang lalu, dan yakin Allah akan mengkabulkan doa sama ada cepat atau lambat,
Keempat : Berdoa terus menerus sama ada semasa senang atau susah, dan tanpa putus asa; dan
Kelima : Tidak melampaui batas ketika berdoa iaitu berdoa untuk meminta kebinasaan, mengakibatkan keburukan atau menginginkan kejahatan sehingga boleh memutuskan silaturrahim, kerosakkan harta benda dan kezaliman sesama umat Islam.
Menurut sebuah hadith yang diriwayatkan oleh Abu Daud bahawa Rasulullah SAW bersabda
Mafhumnya: " Janganlah kamu sekalian berdoa untuk kebinasaan diri, kebinasaan anak-anak, dan janganlah pula berdoa untuk kebinasaan harta benda lebih-lebih lagi jika waktu doa berkebetulan dalam waktu yang mustajab".
Doa adalah senjata ghaib umat Islam untuk memohon pertolongan Allah. Terdapat tiga golongan yang doa mereka amat diterima oleh Allah bersandarkan kepada sebuah hadith Qudsi yang disampaikan oleh Abu Hurairah r.a bahawa Rasulullah SAW bersabda:
Mafhumnya: " Tiga golongan yang tidak pernah ditolak doa mereka iaitu pertama, doa orang yang berpuasa; kedua, doa pemerintah yang adil; dan ketiga, doa orang yang dizalimi, di mana doa-doa mereka terbuka luas dan Allah memberi jaminan doa mereka pasti dipenuhi". (Riwayat Tirmizi)
Sebening Kasih Ibu...
Jubah Buat Ibu
"Apa nak jadi dengan kau ni Along? Bergaduh! Bergaduh! Bergaduh! Kenapa kau degil sangat ni? Tak boleh ke kau buat sesuatu yang baik, yang tak menyusahkan aku?", marah ibu. Along hanya membungkam. Tidak menjawab sepatah apapun. "Kau tu dah besar Along. Masuk kali ni dah dua kali kau ulang ambil SPM, tapi kau asyik buat hal di sekolah. Cuba la kau ikut macam Angah dengan Alang tu. Kenapa kau susah sangat nak dengar nasihat orang hah?", leter ibu lagi.
Suaranya kali ini sedikit sebak bercampur marah. Along terus membatukan diri. Tiada sepatah kata pun yang keluar dari mulutnya. Seketika dia melihat si ibu berlalu pergi dan kembali semula dengan rotan di tangannya. Kali ini darah Along mula menderau. Dia berdoa dalam hati agar ibu tidak memukulnya lagi seperti selalu. "Sekarang kau cakap, kenapa kau bergaduh tadi? Kenapa kau pukul anak pengetua tu? Cakap Along, cakap!" Jerkah ibu. Along semakin berdebar-debar namun dia tidak dapat berkata-kata. Suaranya bagai tersekat di kerongkong. Malah, dia juga tidak tahu bagaimana hendak menceritakan hal sebenar. Si ibu semakin bengang. " Jadi betul la kau yang mulakan pergaduhan ye!? Nanti kau, suka sangat cari penyakitkan, sekarang nah, rasakan!" Si ibu merotan Along berkali-kali dan berkali-kali jugaklah Along menjerit kesakitan.
"Sakit bu...sakit.. ..maafkan Along bu, Along janji tak buat lagi....Bu, jangan pukul bu...sakit bu..." Along meraung meminta belas si ibu agar tidak merotannya lagi. "Tau sakit ye, kau bergaduh kat sekolah tak rasa sakit?" Balas ibu lagi. Kali ini semakin kuat pukulan si ibu menyirat tubuh Along yang kurus itu. "Bu...ampunkan Along bu...bukan Along yang mulakan...bukan Along....bu, sakit bu..!!", rayu Along dengan suara yang tersekat-sekat menahan pedih. Along memaut kaki si ibu. Berkali-kali dia memohon maaf daripada ibunya namun siratan rotan tetap mengenai tubuhnya. Along hanya mampu berdoa. Dia tidak berdaya lagi menahan tangisnya. Tangis bukan kerana sakitnya dirotan, tapi kerana memikirkan tidak jemukah si ibu merotannya setiap hari. Setelah hatinya puas, si ibu mula berhenti merotan Along. Tangan Along yang masih memaut kakinya itu di tepis kasar. Along menatap mata ibu. Ada manik-manik kaca yang bersinar di kelopak mata si ibu. Along memandang dengan sayu. Hatinya sedih kerana telah membuatkan ibunya menangis lagi kerananya.
Malam itu, Along berjaga sepanjang malam. Entah mengapa matanya tidak dapat dilelapkan. Dia asyik teringatkan peristiwa dirotan ibu petang tadi. Begitulah yang berlaku apabila ibu marahkannya. Tapi kali ini marah ibu sangat memuncak. Mungkin kerana dia menumbuk anak pengetua sewaktu di sekolah tadi menyebabkan pengetua hilang sabar dan memanggil ibunya ke sekolah untuk membuat aduan kesekian kalinya. Sewaktu di bilik pengetua, Along sempat menjeling ibu di sebelah. Namun, dia tidak diberi kesempatan untuk bersuara. Malah, semua kesalahan itu di dilemparkan kepadanya seorang. Si Malik anak pengetua itu bebas seolah-olah sedikit pun tidak bersalah dalam hal ini. Along mengesat sisa-sisa air mata yang masih bertakung di kelopak matanya. Dia berlalu ke meja tulis mencapai minyak sapu lalu disapukan pada bekas luka yang berbirat di tubuhnya dek rotanan ibu tadi. Perlahan-lahan dia menyapu ubat namun masih tetap terasa pedihnya. Walaupun sudah biasa dirotan, namun tidak seteruk kali ini Along merebahkan badannya. Dia cuba memejamkan mata namun masih tidak mahu lelap. Seketika wajah ibu menjelma diruang ingatannya. Wajah ibu suatu ketika dahulu sangat mendamaikan pada pandangan matanya. Tetapi, sejak dia gagal dalam SPM, kedamaian itu semakin pudar dan hanya kelihatan biasa dan kebencian di wajah tua itu. Apa yang dibuat serba tidak kena pada mata ibu. Along sedar, dia telah mengecewakan hati ibu dahulu kerana mendapat keputusan yang corot dalam SPM. Tetapi Along tidak pernah ambil hati dengan sikap ibu walau adakalanya kata-kata orang tua itu menyakiti hatinya. Along sayang pada ibu. Dialah satu-satunya ibu yang Along ada walaupun kasih ibu tidak semekar dahulu lagi. Along mahu meminta maaf. Dia tidak mahu menjadi anak derhaka. Fikirannya terlalu cacamarba, dan perasaannya pula semakin resah gelisah. Akhirnya, dalam kelelahan melayani perasaan, Along terlelap juga.
Seminggu selepas peristiwa itu, si ibu masih tidak mahu bercakap dengannya. Jika ditanya, hanya sepatah dijawab ibu.. Itupun acuh tidak acuh sahaja. Pulang dari sekolah, Along terus menuju ke dapur. Dia mencangak mencari ibu kalau-kalau orang kesayangannya itu ada di situ. Along tersenyum memandang ibu yang terbongkok-bongkok mengambil sudu di bawah para dan kemudian mencacap makanan yang sedang dimasak itu. Dia nekad mahu menolong. Mudah-mudahan usahanya kali ini berjaya mengambil hati ibu. Namun, belum sempat dia melangkah ke dapur, adik perempuannya yang baru pulang daripada mengaji terus meluru ke arah ibu. Along terperanjat dan cuba berselindung di sebalik pintu sambil memerhatikan mereka..
" Ibu..ibu masak apa ni? Banyaknya lauk, ibu nak buat kenduri ye!?" Tanya Atih kehairanan. Dia tidak pernah melihat ibunya memasak makanan yang pelbagai jenis seperti itu. Semuanya enak-enak belaka. Si ibu yang lincah menghiris sayur hanya tersenyum melihat keletah anak bongsunya itu. Sementara Along disebalik pintu terus memerhatikan mereka sambil memasang telinganya. "Ibu, Atih nak rasa ayam ni satu boleh?" " Eh jangan, nanti dulu. Ibu tau Atih lapar, tapi tunggulah Kak Ngah dengan Alang balik dulu. Nanti kita makan sekali. Pergi naik atas mandi dan tukar baju dulu ye!", si ibu bersuara lembut. Along menarik nafas panjang dan melepaskannya perlahan. 'anak-anak kesayangan ibu nak balik rupanya..' bisik hati kecil Along. "Kak Ngah dengan Alang nak balik ke ibu?", soalnya lagi masih belum berganjak dari dapur. Si ibu mengangguk sambil tersenyum. Di wajahnya jelas menampakkan kebahagiaan. "Oooo patutlah ibu masak lauk banyak-banyak. Mmm bu, tapi Atih pelik la. Kenapa bila Along balik, ibu tak masak macam ni pun?". Along terkejut mendengar soalan Atih Namun dia ingin sekali tahu apa jawapan dari ibunya. "Along kan hari-hari balik rumah? Kak Ngah dengan Alang lain, diorang kan duduk asrama, balik pun sebulan sekali ja!", terang si ibu. "Tapi, ibu tak penah masak lauk macam ni dekat Along pun..", soal Atih lagi. Dahinya sedikit berkerut dek kehairanan. Along mula terasa sebak. Dia mengakui kebenaran kata-kata adiknya itu namun dia tidak mahu ada perasaan dendam atau marah walau secalit pun pada ibu yang sangat disayanginya. "Dah tu, pergi mandi cepat. Kejap lagi kita pergi ambil Kak Ngah dengan Alang dekat stesen bas." , arah ibu. Dia tidak mahu Atih mengganggu kerja-kerjanya di dapur dengan menyoal yang bukan-bukan. Malah ibu juga tidak senang jika Atih terus bercakap tentang Along. Pada ibu, Along anak yang derhaka yang selalu menyakiti hatinya. Apa yang dikata tidak pernah didengarnya. Selalu pula membuat hal di sekolah mahupun di rumah. Disebabkan itulah ibu semakin hilang perhatian pada Along dek kerana marah dan kecewanya.
Selepas ibu dan Atih keluar, Along juga turut keluar. Dia menuju ke Pusat Bandar sambil jalan-jalan buat menghilangkan tekanannya. Tiba di satu kedai, kakinya tiba-tiba berhenti melangkah Matanya terpaku pada sepasang jubah putih berbunga ungu yang di lengkapi dengan tudung bermanik. 'Cantiknya, kalau ibu pakai mesti lawa ni....' Dia bermonolog sendiri. Along melangkah masuk ke dalam kedai itu. Sedang dia membelek-belek jubah itu, bahunya tiba-tiba disentuh seseorang. Dia segera menoleh. Rupa-rupanya itu Fariz, sahabatnya. "La...kau ke, apa kau buat kat sini?", tanya Along ingin tahu sambil bersalaman dengan Fariz. "Aku tolong jaga butik kakak aku. Kau pulak buat apa kat sini?", soalnya pula. "Aku tak de buat apa-apa, cuma nak tengok-tengok baju ni. Aku ingat nak kasi mak aku!", jelas Along jujur. "waa...bagus la kau ni Azam. Kalau kau nak beli aku bagi less 50%. Macammana?" Terlopong mulut Along mendengar tawaran Fariz itu. "Betul ke ni Riz? Nanti marah kakak kau!", Along meminta kepastian. "Untuk kawan baik aku, kakak aku mesti bagi punya!", balas Fariz meyakinkannya. "Tapi aku kena beli minggu depan la. Aku tak cukup duit sekarang ni." Cerita Along agak keseganan. Fariz hanya menepuk mahunya sambil tersenyum. "Kau ambik dulu, lepas tu kau bayar sikit-sikit." Kata Fariz . Along hanya menggelengkan kepala tanda tidak setuju. Dia tidak mahu berhutang begitu. Jika ibunya tahu, mesti dia dimarahi silap-silap dipukul lagi. "Dekat kau ada berapa ringgit sekarang ni?", soal Fariz yang benar-benar ingin membantu sahabatnya itu. Along menyeluk saku seluarnya dan mengeluarkan dompet berwarna hitam yang semakin lusuh itu. "Tak sampai sepuluh ringgit pun Riz, tak pe lah, aku datang beli minggu depan. Kau jangan jual dulu baju ni tau!", pesan Along bersungguh-sungguh. Fariz hanya mengangguk senyum.
Hari semakin lewat. Jarum pendek sudah melangkaui nombor tujuh. Setelah tiba, kelihatan Angah dan Alang sudah berada di dalam rumah. Mereka sedang rancak berbual dengan ibu di ruang tamu. Dia menoleh ke arah mereka seketika kemudian menuju ke dapur. Perutnya terasa lapar sekali kerana sejak pulang dari sekolah petang tadi dia belum makan lagi. Penutup makanan diselak. Syukur masih ada sisa lauk-pauk yang ibu masak tadi bersama sepinggan nasi di atas meja. Tanpa berlengah dia terus makan sambil ditemani Si Tomei, kucing kesayangan arwah ayahnya. "Baru nak balik waktu ni? Buat hal apa lagi kat luar tu?", soalan ibu yang bernada sindir itu tiba-tiba membantutkannya daripada menghabiskan sisa makanan di dalam pinggan. "Kenapa tak makan kat luar ja? Tau pulak, bila lapar nak balik rumah!", leter ibu lagi. Along hanya diam. Dia terus berusaha mengukir senyum dan membuat muka selamber seperti tidak ada apa-apa yang berlaku. Tiba-tiba Angah dan Alang menghampirinya di meja makan. Mereka berdiri di sisi ibu yang masih memandang ke arahnya seperti tidak berpuas hati. "Along ni teruk tau. Suka buat ibu susah hati. Kerana Along, ibu kena marah dengan pengetua tu." Marah Angah, adik perempuannya yang sedang belajar di MRSM. Along mendiamkan diri. Diikutkan hati, mahu saja dia menjawab kata-kata adiknya itu tetapi melihat kelibat ibu yang masih di situ, dia mengambil jalan untuk membisu sahaja. "Along! Kalau tak suka belajar, berhenti je la. Buat je kerja lain yang berfaedah daripada menghabiskan duit ibu", sampuk Alang, adik lelakinya yang menuntut di sekolah berasrama penuh. Kali ini kesabarannya benar-benar tercabar. Hatinya semakin terluka melihat sikap mereka semua. Dia tahu, pasti ibu mengadu pada mereka. Along mengangkat mukanya memandang wajah ibu. Wajah tua si ibu masam mencuka. Along tidak tahan lagi. Dia segera mencuci tangan dan meluru ke biliknya.
Perasaannya jadi kacau. Fikirannya bercelaru. Hatinya pula jadi tidak keruan memikirkan kata-kata mereka. Along sedar, kalau dia menjawab, pasti ibu akan semakin membencinya. Along nekad, esok pagi-pagi, dia akan tinggalkan rumah. Dia akan mencari kerja di Bandar. Kebetulan cuti sekolah selama seminggu bermula esok. Seperti yang dinekadkan, pagi itu selesai solat subuh, Along terus bersiap-siap dengan membawa beg sekolah berisi pakaian, Along keluar daripada rumah tanpa ucapan selamat. Dia sekadar menyelitkan nota buat si ibu menyatakan bahawa dia mengikuti program sekolah berkhemah di hutan selama seminggu. Niatnya sekadar mahu mencari ketenangan selama beberapa hari justeru dia terpaksa berbohong agar ibu tidak bimbang dengan tindakannya itu. Along menunggang motorsikalnya terus ke Pusat Bandar untuk mencari pekerjaan. Nasib menyebelahinya, tengah hari itu, dia diterima bekerja dengan Abang Joe sebagai pembantu di bengkel membaiki motorsikal dengan upah lima belas ringgit sehari, dia sudah rasa bersyukur dan gembira. Gembira kerana tidak lama lagi, dia dapat membeli jubah untuk ibu. Hari ini hari ke empat Along keluar daripada rumah. Si ibu sedikit gelisah memikirkan apa yang dilakukan Along di luar. Dia juga berasa agak rindu dengan Along. Entah mengapa hati keibuannya agak tersentuh setiap kali terpandang bilik Along. Tetapi kerinduan dan kerisauan itu terubat apabila melihat gurau senda anak-anaknya yang lain.
Seperti selalu, Along bekerja keras membantu Abang Joe di bengkelnya. Sikap Abang Joe yang baik dan kelakar itu sedikit sebanyak mengubat hatinya yang luka. Abang Joe baik. Dia banyak membantu Along antaranya menumpangkan Along di rumahnya dengan percuma. "Azam, kalau aku tanya kau jangan marah k!", soal Abang Joe tiba-tiba sewaktu mereka menikmati nasi bungkus tengah hari itu. "Macam serius jer bunyinya Abang Joe?" Along kehairanan. "Sebenarnya, kau lari dari rumah kan ?" Along tersedak mendengar soalan itu. Nasi yang disuap ke dalam mulut tersembur keluar Matanya juga kemerah-merahan menahan sedakan. Melihat keadaan Along itu, Abang Joe segera menghulurkan air. "Kenapa lari dari rumah? Bergaduh dengan parents?" Tanya Abang Joe lagi cuba menduga. Soalan Abang Joe itu benar-benar membuatkan hati Along sebak. Along mendiamkan diri. Dia terus menyuap nasi ke dalam mulut dan mengunyah perlahan. Dia cuba menundukkan mukanya cuba menahan perasaan sedih. "Azam, kau ada cita-cita tak...ataupun impian ker...?" Abang Joe mengubah topik setelah melihat reaksi Along yang kurang selesa dengan soalannya tadi. " Ada " jawab Along pendek "Kau nak jadi apa besar nanti? Jurutera? Doktor? Cikgu? Pemain bola? Mekanik macam aku....atau. ..." Along menggeleng-gelengka n kepala. "semua tak...Cuma satu je, saya nak mati dalam pangkuan ibu saya." Jawab Along disusuli ketawanya. Abang Joe melemparkan tulang ayam ke arah Along yang tidak serius menjawab soalannya itu. " Ala , gurau ja la Abang Joe. Sebenarnya.. ..saya nak bawa ibu saya ke Mekah dan...saya.. ..saya nak jadi anak yang soleh!". Perlahan sahaja suaranya namun masih jelas didengari telinga Abang Joe. Abang Joe tersenyum mendengar jawapannya. Dia bersyukur di dalam hati kerana mengenali seorang anak yang begitu baik. Dia sendiri sudah bertahun-tahun membuka bengkel itu namun belum pernah ada cita-cita mahu menghantar ibu ke Mekah.
Setelah tamat waktu rehat, mereka menyambung kerja masing-masing. Tidak seperti selalu, petang itu Along kelihatan banyak berfikir. Mungkin terkesan dengan soalan Abang Joe sewaktu makan tadi. "Abang Joe, hari ni, saya nak balik rumah ...terima kasih banyak kerana jaga saya beberapa hari ni", ucap Along sewaktu selesai menutup pintu bengkel. Abang Joe yang sedang mencuci tangannya hanya mengangguk. Hatinya gembira kerana akhirnya anak muda itu mahu pulang ke pangkuan keluarga. Sebelum berlalu, Along memeluk lelaki bertubuh sasa itu. Ini menyebabkan Abang Joe terasa agak sebak "Abang Joe, jaga diri baik-baik. Barang-barang yang saya tinggal kat rumah Abang Joe tu, saya hadiahkan untuk Abang Joe." Kata Along lagi "Tapi, kau kan boleh datang bila-bila yang kau suka ke rumah aku!?", soal Abang Joe. Dia risau kalau-kalau Along menyalah anggap tentang soalannya tadi. Along hanya senyum memandangnya. "Tak apa, saya bagi kat Abang Joe. Abang Joe, terima kasih banyak ye! Saya rasa tak mampu nak balas budi baik abang. Tapi, saya doakan perniagaan abang ni semakin maju." Balasnya dengan tenang. Sekali lagi Abang Joe memeluknya bagai seorang abang memeluk adiknya yang akan pergi jauh.
Berbekalkan upahnya, Along segera menuju ke butik kakak Fariz untuk membeli jubah yang diidamkannya itu. Setibanya di sana , tanpa berlengah dia terus ke tempat di mana baju itu disangkut. " Hey Azam, mana kau pergi? Hari tu mak kau ada tanya aku pasal kau. Kau lari dari rumah ke?", soal Fariz setelah menyedari kedatangan sahabatnya itu Along hanya tersengeh menampakkan giginya. "Zam, mak kau marah kau lagi ke? Kenapa kau tak bagitau hal sebenar pasal kes kau tumbuk si Malik tu?" "Tak pe lah, perkara dah berlalu....lagipun, aku tak nak ibu aku terasa hati kalau dia dengar tentang perkara ni", terang Along dengan tenang. "Kau jadi mangsa. Tengok, kalau kau tak bagitau, mak kau ingat kau yang salah", kata Fariz lagi. "Tak apa lah Riz, aku tak nak ibu aku sedih. Lagipun aku tak kisah." "Zam..kau ni....." "Aku ok, lagipun aku sayang dekat ibu aku. Aku tak nak dia sedih dan ingat kisah lama tu." Jelas Along memotong kata-kata si sahabat yang masih tidak berpuas hati itu. "Aku nak beli jubah ni Riz. Kau tolong balutkan ek, jangan lupa lekat kad ni sekali, k!", pinta Along sambil menyerahkan sekeping kad berwarna merah jambu. "No problem...tapi, mana kau dapat duit? Kau kerja ke?" , soal Fariz ingin tahu. "Aku kerja kat bengkel Abang Joe.. Jadi pembantu dia", terang Along. "Abang Joe mana ni?" "Yang buka bengkel motor kat Jalan Selasih sebelah kedai makan pakcik kantin kita tu!", jelas Along dengan panjang lebar. Fariz mengangguk . "Azam, kau nak bagi hadiah ni kat mak kau bila?" "Hari ni la..." balas Along. "Ooo hari lahir ibu kau hari ni ek?" "Bukan, minggu depan..." "Habis?. Kenapa kau tak tunggu minggu depan je?", soal Fariz lagi. "Aku rasa hari ni je yang yang sempat untuk aku bagi hadiah ni. Lagipun, aku harap lepas ni ibu aku tak marah aku lagi." Jawabnya sambil mengukir senyum.
Along keluar daripada kedai. Kelihatan hujan mulai turun. Namun Along tidak sabar menunggu untuk segera menyerahkan hadiah itu untuk ibu. Sambil menunggang, Along membayangkan wajah ibu yang sedang tersenyum menerima hadiahnya itu. Motosikalnya sudah membelok ke Jalan Nuri II. Tiba di simpang hadapan lorong masuk ke rumahnya, sebuah kereta wira yang cuba mengelak daripada melanggar seekor kucing hilang kawalan dan terus merempuh Along dari depan yang tidak sempat mengelak. Akibat perlanggaran yang kuat itu, Along terpelanting ke tengah jalan dan mengalami hentakan yang kuat di kepala dan belakangnya. Topi keledar yang dipakai mengalami retakan dan tercabut daripada kepalanya, Along membuka matanya perlahan-lahan dan terus mencari hadiah untuk si ibu dan dengan sisa kudrat yang ada, dia cuba mencapai hadiah yang tercampak berhampirannya itu. Dia menggenggam kuat cebisan kain dan kad yang terburai dari kotak itu. Darah semakin membuak-buak keluar dari hidungnya. Kepalanya juga terasa sangat berat, pandangannya berpinar-pinar dan nafasnya semakin tersekat-sekat. Dalam keparahan itu, Along melihat kelibat orang-orang yang sangat dikenalinya sedang berlari ke arahnya. Serta merta tubuhnya terus dirangkul seorang wanita. Dia tahu, wanita itu adalah ibunya. Terasa bahagia sekali apabila dahinya dikucup saat itu. Along gembira. Itu kucupan daripada ibunya. Dia juga dapat mendengar suara Angah, Alang dan Atih memanggil-manggil namanya. Namun tiada suara yang keluar dari kerongkongnya saat itu. Along semakin lemah. Namun, dia kuatkan semangat dan cuba menghulurkan jubah dan kad yang masih digenggamannya itu. "Ha..hadiah.. ..untuk.. ...ibu... ......" ucapnya sambil berusaha mengukir senyuman. Senyuman terakhir buat ibu yang sangat dicintainya. Si ibu begitu sebak dan sedih. Si anak dipeluknya sambil dicium berkali-kali. Air matanya merembes keluar bagai tidak dapat ditahan lagi. Pandangan Along semakin kelam. Sebelum matanya tertutup rapat, terasa ada air hangat yang menitik ke wajahnya. Akhirnya, Along terkulai dalam pangkuan ibu dan dia pergi untuk selama-lamanya.
Selesai upacara pengebumian, si ibu terus duduk di sisi kubur Along bersama Angah, Alang dan Atih. Dengan lemah, wanita itu mengeluarkan bungkusan yang hampir relai dari beg tangannya. Sekeping kad berwarna merah jambu bertompok darah yang kering dibukanya lalu dibaca. 'Buat ibu yang sangat dikasihi, ampunkanlah salah silap along selama ini. Andai along melukakan hati ibu, along pinta sejuta kemaafan. Terimalah maaf along bu..Along janji tak kan membuatkan ibu marah lagi. Ibu, Along sayang ibu selama-lamanya. Selamat hari lahir ibu... dan terimalah hadiah ini.....UNTUKMU IBU!' Kad itu dilipat dan dicium. Air mata yang bermanik mula berjurai membasahi pipi. Begitu juga perasaan yang dirasai Angah, Alang dan Atih. Masing-masing berasa pilu dan sedih dengan pemergian seorang abang yang selama ini disisihkan. Sedang melayani perasaan masing-masing, Fariz tiba-tiba muncul. Dia terus mendekati wanita tua itu lalu mencurahkan segala apa yang dipendamnya selama ini. "Makcik, ampunkan segala kesalahan Azam. Azam tak bersalah langsung dalam kes pergaduhan tu makcik. Sebenarnya, waktu Azam dan saya sibuk menyiapkan lukisan, Malik datang dekat kami Dia sengaja cari pasal dengan Azam dengan menumpahkan warna air dekat lukisan Azam. Lepas tu, dia ejek-ejek Azam. Dia cakap Azam anak pembunuh. Bapa Azam seorang pembunuh dan .. dia jugak cakap, ibunya seorang perempuan gila.." cerita Fariz dengan nada sebak. Si ibu terkejut mendengarnya. Terbayang di ruang matanya pada ketika dia merotan Along kerana kesalahan menumbuk Malik. "Tapi, kenapa arwah tidak ceritakan pada makcik Fariz?" Soalnya dengan sedu sedan. "Sebab.....dia tak mahu makcik sedih dan teringat kembali peristiwa dulu. Dia cakap, dia tak nak makcik jatuh sakit lagi, dia tak nak mengambil semua ketenangan yang makcik ada sekarang...walaupun dia disalahkan, dia terima. Tapi dia tak sanggup tengok makcik dimasukkan ke hospital sakit jiwa semula...." Terang Fariz lagi. Dia berasa puas kerana dapat menyatakan kebenaran bagi pihak sahabatnya itu.
Si ibu terdiam mendengar penjelasan Fariz. Terasa seluruh anggota badannya menjadi lemah. Berbagai-bagai perasaan mencengkam hatinya. Sungguh hatinya terasa sangat pilu dan terharu dengan pengorbanan si anak yang selama ini dianggap derhaka.
p/s : sayangilah ibu anda sementara beliau masih ada...